/ /
Post Berita
/

Prodi FTV Widyatama Gelar Webinar “Kompetensi Lulusan Unggul dan Adaptif pada Industri Film, TV dan Media Baru”

BANDUNG, FISIP WIDYATAMA.AC.ID – Dalam rangka mempersiapkan kurkulum yang adaptif atas perkembangan industri film dan televisi serta media baru, baru baru ini (13/7/2021) Prodi Film & TV FISiP Widyatama menyelenggarakan webinar yang menghadirkan narasumber dari kalangan pemerintahan, pengelola pendidikkan dan pelaku industri.

Dari pemerintahan, narasumber yang tampil adalah Tubagus Sukmana, Drs.,M.Ikom Kepala Pokja Media Baru dan Arsip Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Kemdikbudristek, dari kalangan akademisi yaitu Yayat, Drs, M.Sn, Dosen Fakultas FTV IKJ, dari Industri TV Ir. Edo Wicaksono VP of Production NET TV dan dari pelaku film Slamet Rahardo, aktor dan sutradara legendaris.

Kapordi FTV FISIP Widyatama Budiman, Drs.,M.M.Pd tengah memberi sambutan webinar (Foto dok FTV Channel 13/7/2021)

Dalam sambutannya. Kaprodi FTV Widyatama Budiman, Drs.,M.M.Pd mengemukakan, institusi pendidikan vokasi memiliki peranan yang strategis dalam upaya menghasilkan lulusan yang adaptif, kompetitif, unggul, dan berkarakter yang sesuai dengan tuntutan industri yang tengah mengalami perubahan tatanan akibat disrupsi teknologi. Karena itu, menurut Budiman, Prodi FTV Widyatama yang baru berusia setahun, sangat membutuhkan masukan dari kalangan pemangku kebijakan, akademisi dan pelaku industri.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Pembelajaran,  Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum dalam sambutannya menyampaikan, ia menyambut  baik penyelenggaraan webinar yang menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi, pelaku industri dan pemerintahan ini, karena memiliki nilai strategis. Masukan dari webinar menjadi bahan untuk melakukan re-orientasi kurikulum Prodi FTV, karena menurut Prof. Dadang, mungkin saja kurkulum yang ada, sudah tidak lagi “match” dengan keadaan industri.

Wakil Rektor Prof. Dadang Suganda, memberi sambutan webinar (Foto dok FTV 13/7/2021)

Pada kesempatan pertama, Tubagus Sukmana mengemukakan bahwa pemerintah dalam hal ini kemendikbudristek menaruh perhatian yang besar pada perkembangan media baru, dan membuka peluang pada masyarakat, komunitas maupun pelajar dan mahasiswa berkontribusi mengisi konten pada “platform” yang disiapkan kemendikbudristek di media “online” seperti Youtube.

Adapun dosen FTV IKJ Yayat memberi masukan tentang pentingnya pengelola pendidikan tinggi vokasi mengembangkan kurikulumnya dengan merujuk pada standar kompetensi kerja nasional di bidang perfilman, di mana terdapat 99 okupasi atau profesi. Yayat mengilustrasikan salah satu profesi yang dibutuhkan pada industri film adalah penata artistik yang hingga saat ini masih terbatas jumlah tenaga ahlinya.

 

Presentasi Webinar VP of Production NET TV Ir. Edo Wicaksono (foto Dok. FTV 13/7/2021)

Di kesempatan ketiga VP of Production NET TV Ir. Edo Wicaksono memberikan gambaran peta industri televisi yang telah berubah akibat terjadinya disrupsi teknologi menyusul berkembangnya media digital yang ditopang dengan pembangunan jaringan internet berkecepatan tinggi PALAPA RING di seluruh Indonesia, yang tengah dikerjakan pemerintah. Masyarakat atau khalayak menurut Edo, kini lebih menyukai layanan OTT (Over The Top) seperti Netflix dll, yang memungkinkan penonton memilih konten yang mereka sukai. industri TV menurut pria lulusan Teknik Informatika STT Telkom tersebut, akan tetap eksis beberapa tahun ke depan, namun dengan “wajah” yang berubah. Dengan “kue iklan” yang tersedia senilai 18 triliun rupiah setahun pada media konvesional dan 7 triliun rupiah pada media digital, Edo lebih jauh mengemukakan, pengelola TV seperti NET mau tidak mau harus beradaptasi dengan mengembangkan “platform” digital yang lebih serius.

 

Aktor & Sutradara Legendaris Slamet Rahardjo menmapikan paparan webinar (Dok. FTV 13/7/2021)

Pada kesempatan terakhir, aktor dan sutradara legendaris Slamet Rahardjo menyoroti lemahnya peranan negara sebagai pembuat kebijakan dalam membangun kebijakan kebudayaan negara. Padahal menurut aktor dan sutradara yang pernah meraih sederet penghargaan tersebut, kebudayaan seharusnya menjadi bidang strategis, sebagai alat pertahanan negara. Lebih lanjut, Slamet   Rahardjo mengatakan, lemahnya peranan negara tersebut dapat dilihat dari penempatan bidang kebudayaan pada komisi 10 DPR, bukan di komisi satu. “Itu menandakan kebudayaan hanya dipandang sebagai industri semata”, demikian ujar Slamet Rahardjo.

 

 

Dekan FISIP Widyatama Dr. Soni A. Nulhaqim S.Sos.M.Si menyampaikan sambutan penutup (Foto dok. FTV 13/7/2021)

Pada sambutan penutup, Dekan FISIP Widyatama Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos.M.Ikom menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua narasumber yang telah menyampikan pandangannya tentang film, TV dan media baru, yang sangat bermanfaat sebagai masukan pengelola Prodi FTV Widyatama untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang adaptif, sehingga bisa menghasilkan lulusan yang unggul dan menjadi lulusan yang memiliki karakter “social-politicalprenership and humanity”. 

Webinar yang berlangsung selama tiga jam tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab dari mahasiswa dan dosen Widyatama, yang antusias menanggapi gagasan-gagasan yang disampaikan ke-empat narasumber. ***KW